PENEMUAN PENYAKIT SECARA SCREENING
PENGERTIAN :
•
Adalah suatu penetapan uji/tes terhadap orang yang
tidak menunjukkan gejala dengan tujuan
mengelompokkan mereka ke dalam kelompok yang memungkinkan menderita penyakit tertentu.
mengelompokkan mereka ke dalam kelompok yang memungkinkan menderita penyakit tertentu.
•
Merupakan deteksi dini penyakit, bukan merupakan
alat diagnostik.
•
Bila hasil skreening (+), akan diikuti uji
diagnostik atau prosedur untuk memastikan adanya penyakit.
TUJUAN :
- Penemuan gejala penyakit secara dini (deteksi dini VS lead time)
- Pencegahan sebelum terjadinya penyakit (keuntungan VS Risiko)
- Pencegahan membutuhkan biaya yang lebih ringan (efisiensi VS biaya)
Jenis penyakit yang tepat untuk
discreening
- Penyakit serius :
- Cost-effective
- Biaya screening hrs sesuai dg hilangnya konsekuensi kesehatan
- Aspek etik, konsekuensi tidak terdiagnostik, dan pengobatan dini harus lebih menguntungkan dari pada akibat yang didapat dari prosedur screening
- Menyelamatkan hidup
- Pengobatan sebelum gejala muncul (fase praklinik) harus lebih menguntungkan dalam pengertian mortalitas & morbiditas dibanding setelah gejala muncul.
- Prevalensi penyakit praklinik harus tinggi pada populasi yang di skreening. Sehingga akan sangat bermanfaat bila kasus banyak ditemukan pada masyarakat.
KEUNTUNGAN
1.
Biaya relatif murah serta dapat dilaksanakan secara
sangat efektif
2.
Lebih cepat memperoleh keterangan tentang sifat
& situasi penyakit dalam masyarakat untuk usaha
penanggulangan.
penanggulangan.
3.
Pelaksanaan cukup sederhana & relatif lebih
mudah serta mempunyai sifat fleksibilitas yang cukup dalam
penerapannya
penerapannya
4. Hasil
tes cukup bagus & dapat dipercaya selama pelaksanaannya tetap memperhatikan
nilai :
a. Reliabilitas
b. Validitas, dan
c. Kekuatan test berdasarkan nilai :
i. Sensitivitas
ii. Spesifitas
Mengukur Validitas, dan Reliabilitas
Validitas ; kemampuan alat ukur (uji) dapat mengukur secara benar apa yang
sedang diukur
Reliabilitas ; kemampuan mengukur untuk mengukur ketepatan
kesamaan pengukuran (repeatibilitas)
• Keduanya
tidak ada hubungan
• Suatu
pengukuran validitasnya tinggi belum tentu mempunyai reliabilitas yang tinggi
Untuk mengukur validitas dipakai perhitungan :
• Sensitivitas
; proporsi tes + ditemukan pada mereka yang benar- benar sakit
• Spesifisitas
; proporsi tes – ditemukan pada mereka yang sehat saja.
Untuk mengukur validitas suatu alat uji dapat
dilakukan suatu screening.
TABEL 6.1
PERHITUNGAN VALIDITAS SUATU UJI SCREENING
STATUS PENYAKIT
|
||||
Ada
|
Tidak Ada
|
Total
|
||
UJI SKREENING
|
Positif
|
a
|
b
|
a + b
|
Negatif
|
c
|
d
|
c + d
|
|
JUMLAH
|
a + c
|
b + d
|
a + b + c + d
|
Keterangan : - a
= Jumlah Positif Benar -
c = Jumlah Negatif Palsu
- b
= Jumlah Positif palsu -
d = Jumlah Negatif Benar
Rumus :
Sensitifitas
= a / (a + c )
Spesifisitas
= d / (b + d )
CARA MELAKUKAN SCREENING
- Dapat dilakukan secara massal pada suatu penduduk tertentu. Berat dari segi operasional di lapangan, biaya
- Dilakukan seacar selectif maupun random terutama mereka dengan risiko yang lebih besar. Misalnya : pemeriksaan HIV (PSK, Waria)
- Dilakukan untuk suatu penyakit atau serentak untuk >1 penyakit
Cara mana yang terbaik untuk dipilih ?. Tergantung berbagai macam faktor,
termasuk jenis penyakit.
BENTUK SCREENING Dikenal 2 btk :
1.
Penyaringan Seri
berupa dua penyaringan dinyatakan hasilnya posistif (+) bila posistif (+) pada pemeriksaan I & II yang
dilakukan menyusul (HIV ; elisa dan wester blood)
berupa dua penyaringan dinyatakan hasilnya posistif (+) bila posistif (+) pada pemeriksaan I & II yang
dilakukan menyusul (HIV ; elisa dan wester blood)
2.
Penyaringan Paralel
dilakukan bersamaan, dinyatakan hasilnya posistif (+) bila salah satu hasil tes dinyatakan posistif
(+)
Ke duanya punya kelebihan dan kelemahan
Ke duanya punya kelebihan dan kelemahan
TEST DIAGNOSTIK
• Adalah
upaya untuk menegakkan atau mengetahui jenis penyakit yang diderita seseorang
• 3
cara utama :
–
Anamnese ; informasi berdasarkan hasil
observasi subjektif pasien terhadap dirinya (keluhan)
–
Tanda (sign) ; hasil pengamatan dokter atau
pemeriksa kesehatan, merupakan observasi objektif
terhadap penderita
terhadap penderita
– Tes
(uji/pemeriksaan) ; upaya diagnostik dengan mempergunakan bantuan hasil uji
alat-alat
• Susah
melakukan ke 3 nya karena :
– Memerlukan
waktu lama, sementara diagnosis harus segera
– Biaya
pelaksanaan, untuk alat modern mahal
– Subjektivitas
dan kelemahan masing-masing
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
CARA MENYIMPULKAN HASIL SCREENING
INTERVENSI TERAPETIK
A.
REFERENSI
1.
…………., 1994. Pedoman Pengamatan dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Direktorat Epidemiologi
dan Imunisasi, Direktorat Jenderal PPM-PLP, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hal.
2.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi.
Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 84-105
3.
Friedman D. Gary. 1986. Prinsip-prinsip
Epidemiologi. Yayasan Essentia Medika. Yogyakarta. Hal. 335-344
4.
Murti Bhisma, 1997. Prinsip & Metode Riset
Epidemiologi, Gajah Mada Press, Yogyakarta. Hal. 47-69.
5.
Nur Nasry Noor, Bahan kuliah Epidemiologi Dasar.
FKM. Unhas.
6.
Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Surveilans Epidermiologi Sebuah Pengantar. FKM-UNHAS. Hal. 50-59
7.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Atfabeta. Bandung. Hal.
8.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Atfabeta. Bandung. Hal.
9.
Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda
Epidemiologi. PT. Dian Rakyat. Jakarta. Hal. 60-65
10.
Sutrisna, Bambang. 1990. Epidemiologi Lanjut
Vol. I. Dian Rakyat. Jakarta. Hal. 21-47
11.
Wahyudin Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi
untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar