Minggu, 15 April 2012

TUGAS EPIDEMIOLOGI D-III KEPERAWATAN


Penyakit adalah masalah kesehatan yang harus dituntaskan. Untuk dapat mengatasinya, maka penyakit tersebut harus dikenal sehingga dapat disusun rencanan pencegahan maupun penanggulangan.
Untuk mengenal penyakit tersebut dapat dikenal melalui pendekatan epidemiologi, yaitu dengan memahami variable epidemiologi yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Variable tsb adalah :
1.    Agent = kuman pada penyakit menular = penyebab pada penyakit tidak menular
Yaitu bagaimana sampai agent tersebut ada & bagaimana menyerang manusia
2.    Host = induk semang (manusia / binatang)
Kenapa manusia bisa terkena dan manusia yang bagaimana yang terkena
3.    Environment = lingkungan
Lingkungan bagaimana agent bisa ada, bagaimana keadaan lingkungan sehingga bisa menyebabkan sakit & diwilayah mana banyak atau sering mengalami kesakitan dengan penyakitr tersebut.
TUGAS untuk D-III Keperawatan
1.    Cari satu penyakit dan uraikan secara epidemiologi menurut penjelasan di atas
2.    Gunakan Font 11 – New times arial
3.    Ukuran kertas Kwarto
4.    Isi tulisan (diluar kata pengantar, daftar isi bagi yang gunakan) minimal 6 halaman
5.    Kumpul secepatnya, paling lambat pada saat Final
CONTOH KERANGKA PENULISAN :
Lembaran Halaman sampul
Lembaran Kata pengantar
Lembaran Daftar isi
I.      Pengertian ……. (penyakit yang daipilih)
II.    Tanda-tanda / gejala
III.  Epidemiologi ; yang memuat Agent, Host & Environment
IV. Pencegahan & penanggulangan
Daftar pustaka / sumber tulisan. Usahakan ada / tidak wajib

Sabtu, 14 April 2012

RATE

Bag. III
RATE

    - Pengertian rate
    - Rate yang berhubu ngan dengan reproduksi
    - Rate yang berhubungan dengan kematian
    - Rate pada berbagai keadaan tertentu
    - Nilai rate yg lain
    - Penggunaannya

PENGERTIAN RATE
    Adalah besarnya peristiwa yang terjadi terhadap jumlah total penduduk tempat peristiwa berlangsung
    dalam batas waktu tertentu
    Adalah Ratio yang pembilangnya merupakan bagian dari penyebut & merupakan hasil pengumpulan data
    dalam 1 periode waktu, sedangkan penyebutnya hasil perhitungan
    Dengan demikian ada 3 unsur utama dalam penentuan nilai Rate 
    Jumlah mereka yang terkena peristiwa
    Kelompok penduduk dimana peristiwa tersebut terjadi
    Batas waktu tertentu yang berkaitan dengan kejadian tersebut

JENIS RATE
Rate (angka) merupakan ukuran yang banyak dipakai dan diterapkan dalam epidemiologi. Jenis rate dapat dibagi atas 3 bentuk utama :
    Crude
    Spesific
    Adjusted

    Crude
Nilai crude rate adalah hasil perhitungan kasar yang pembaginya didasarkan pada jumlah penduduk secara keseluruhan

    Spesific
Nilai Spesific rate adalah nilai rate yang didasarkan pembagiannya dengan seluruh kelompok tertentu yang berisiko,

    Adjusted
Nilai adjusted rate adalah nilai yang perhitungannya disesuaikan dengan suatu kelompok pembanding tertentu yang bertujuan untuk menghilangkan pengaruh suatu variable tertentu yang sedang dibandingkan. Dekenal 2 macam :
    Direct adjusted rate
    Indirect adjusted rate
    Masing-masing jenis rate ini dipakai menurut kepentingannya, dan dipakai dengan kehati-hatian dengan memperhatikan kekurangan & kelebihannya

TABEL 3-1
PERBANDINGAN TIGA JENIS UKURAN ANGKA (RATE) EPIDDEMIOLOGI
MENURUT KEBAIKAN DAN KEKURANGANNYA


JENIS RATE
KEBAIKAN
KEKURANGAN
Angka Kasar (Crude Rate)
-     Merupakan perhitungan angka sebenarnya
-     Mudah & sesuai untuk perbandingan internasional
-  Sulit diinterpretasi karena adanya perbedaan komposisi penduduk
Angka Spesifik (Spesific Rate)
-     Subkelompok homogen
-     Nilai lebih rinci & sangat berguna untuk keperluan perencanaan kesehatan
-  Terkadang sulit membandingkan terlalu banyak sub kelompok dari   > 2 populasi
Adjusted Rate
-     Merupakan pernyataan ringkasan
-     Tidak mempunyai lagi bias perbandingan antar kelompok
-  Angka fiktif
-  Nilai absolutnya tergantung pada populasi standar yang dipilih
-  Penyelubungan kecenderungan yang berbeda dari subkelompok
Sumber : Mausner & Bahn, 1974/Beaglehoe, WHO 1993 

RATE YANG BERHUBUNGAN DENGAN REPRODUKSI
    Angka Kelahiran (CBR = Crude Birth Rate)
      CBR =(Jumlah Kelahiran selama 1 tahun)/(Jumlah Penduduk Pertengahanh tahun)  x k

    Angka Kesuburan (FR = Fertiliti Rate / TFR = Total Fertility Rate)
TFR = 5 ∑_(i=1)^7▒ASFR i (i=1,2,…)
    TFR tersebut merupakan hasil penjumlahan (∑=Sigma) dari ASFR (yang dibuat sebanyak 7 klp. Umur). Sehingga ASFR harus dihitung terlebih dahulu  :

          ASFRi  = bi/(p_i^(f ) )   x k   (i = 1 s/d 7)
Keterangan  :    bi   = banyaknya kelahiran di dalam kelompok umur i selama 1 tahun
            p_i^f = banyaknya wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun
            k    = bilangan konstanta, biasanya 1000.

                                                                            Tabel 3.2
                                                 Perhitungan ASFR Kota Madya “X” Tahun 2009


Umur Wanita
(1)
Penduduk Wanita
(2)
Kelahiran
(3)
ASFR
(4) = {(3) : (2)} x 1000
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 34
35 – 39
40 – 44
45 - 49
264.960
208.080
200.880
163.440
151.200
110.160
  66.960
15.840
41.040
50.400
49.680
18.000
  7.200
     720
  60
197
251
304
119
  65
  11


TFR     = 5 (60 + 197 + 251 + 304 + 119 + 65 + 11 )
            = 5 (1007)
            = 5053 per 1000 wanita usia 15 – 49 tahun, atau
TFR    = 5,053 untuk tiap wanita usia 15 – 49 tahun
Ini berarti, setiap wanita di Kota Madya “X”  pada tahun 2009 rata-rata akan mempunyai anak sebanyak 5 orang diakhir masa reproduksinya.

Berbagai nilai Rate yang digunakan pada Demografi
RATE YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN
    Angka Kematian Umum (CDR = Crude Death Rate)
   CDR = (Jumlah Kematian selama 1 tahun)/(Jumlah Penduduk pertengahan tahun)  x k

    Angka Kematian Khusus
    Angka Kemtian Bayi (IMR = Infant Mortality Rate)
    IMR = (Jumlah Bayi yang Meninggal setelah lahir)/(Jumlah Kelahiran Hidup)  x k

    Angka Kematian Neonatal (NMR = Neonatal Mortality Rate)
    NMR = (Jumlah Kematian Bayi berumur ≤28 hari selama 1 thn)/(Jumlah Kelahiran hidup selama 1 tahun)  x k  

    Angka Kematian Prinatal (PMR = Pritanal Mortality Rate)
    PMR = (Jumlah Kematian Bayi berumur ≤7 hari)/(Jumlah Kelahiran Hidup)  x k

    Angka Kematian Ibu (MMR = Maternal Mortality Rate) khusus yang berkaitan proses reproduksi
    MMR = (Jumlah Ibu yg Meninggal saat melahirkan)/(Jumlah Ibu yg Melahirkan)  x k

    Angka Kematian Sebabab Khusus (SCDR = Spesifik Crude Death Rate)
    SCDR =  (Jumlah Kematian karena suatu penyakit)/(Jumlah Penduduk pd waktu yg sama)  x k

    Angka Kematian pada penyakit tertentu (CFR)
   CFR = (Jumlah Kematian karena penyakit tertentu)/(Jumlah Penderita penyakit yg sama)  x k
 
RATE PADA BERBAGAI KEADAAN TERTENTU
    Rate untuk umur tertentu, jenis kelamin tertentu, dan lain-lain
    Penggunaan rate pada hal lain seperti rate perkawinan, rate akseptor, dan lain-lain

NILAI RATE YG LAIN

PENGGUNAAN RATE

   Rate : a/(a+b) x k, Wkt ttt

Incidence Rate
    IR = (Jumlah Kasus Baru yang ditemukan)/(Jumlah Penduduk yang berisiko)   x k   
   Jumlah kasus baru yang timbul dibagi dengan jumlah penduduk

Manfaat ;
    Pengamatan & rencana penanggulangan penyakit dapat dilihat
    Potret masalah penduduk
    Kecenderungan & frekwensi penyakit dapat dipantau
    Pemanatauan & Evaluasi untuk pencegahan & penanggulangan Penyakit
    Untuk  perbandingan angka antara waktu & wilayah

Yang Pelu Diperhatikan dari Incidens
    Penyebut adalah mereka yang terancam (risk) penyakit tertentu, berdasarkan waktu
    Pembilang adalah mereka yang menderita dan semuanya berasal dari mereka yang terancam penyakit
    tersebut.
    Interval waktu harus tetap.
    Hasilnya dapat dikalikan dengan unit tertentu (100, dst)
    Sangat berguna dalam Epidemiologi Deskriptip untuk menerangkan/menentukan mereka/kelompok    
    penduduk yang menderita atau terancam (risk). Sehingga dapat digunakan sebagai dasar program
    pencegahan & penanggulangan

Insidens Rate diperlukan Untuk
    Membandingkan perkembangan penyakit pada populasi atau kelompok yang berbeda atau pada periode
    yang berbeda.
    Mencari etiologi dari suatu penyakit

Pada situasi penyebaran penyakit menular, dikenal dengan angka serangan (Attack rate) yang mempunyao kemiripan dengan angka insidensi. Angka serangan adalah angka insidensi, biasanya dinyatakan dalam persen dam diterapkan terhadap populasi tertentu yang sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya dalam suatu peristiwa luar biasa atau wabah (Epidemi).
Pada penyakit menular tertentu tampak dengan jelas mereka yang menderita secara bertahap terutama dengan masa tunas yang jelas. Disini dapat dihitung angka serangan (Attack Rate Primer & Sekunder), yakni Rate Insidensi pada penularan pertama & Rate Insidensi  pada penularan kedua.

Attack Rate
    Adalah Incidens Rate yang periodenya terbatas
    Attac Rate penting dalam penelitian-penelitian penyakit menular
    Risiko untuk menderita penyakit berlangsung dalam waktu singkat
Attack Rate   =  x/y  x  k
    Keterangan   :    - x    = sama dengan angka insidensi
    Y    = sama dengan angka insidensi
    K    = hampir selalu 100, meskipun mungkin 1.000.

                                                                     Tabel 3.3
                                                 Angka Serangan Menurut Jenis kelamin


JENIS KELAMIN
JUMLAH ORANG
JUMLAH KASUS
                   Laki – laki
Perempuan
87
  9
19
  7
JUMLAH
96
26

    Perhitungan  :
        Angka serangan laki-laki      = 19/87  x 100=1.900 ∶87 =  21,8   
        Angka serangan wanita        =   7/9    x 100=    700∶  9 =  77,8
        Angka seranga seluruhnya    = 26/96  x 100= 2.600∶96 =  27,1
    Contoh di atas menunjukkan bahwa angka total serangan diperoleh dengan membagi jumlah kasus
    seluruhnya dengan jumlah seluruh orang, tidak dengan menjumlahkan angka serangan dari masing-masing
    jenis kelamin

Secondary Attack Rate (Angka Serangan II)
= Jlh Kasus Secunder : Pop At Risk

Tugas Epidemiologi (DIII - Kebidanan)

Dalam program kesehatan, secara keseluruhan hanya  memiliki dua sasan pokok, yaitu menurunkan angka kematian dan angka kesakitan. Sasaran pokok inilah yang dijabarkan kedalam setiap program kesehatan. Termasuk juga dalam program kebidanan, program utamanya adalah menurunkan angka kematian pada Ibu Hamil/Bersalin dan Bayi,
Adanya banyak factor yang menyebabkan seorang Ibu bersalin (Bulin) maupun Ibu hamil (Bumil)  meninggal. Pada Ibu bersalin, yang terbanyak adalah karena perdarahan. Karena itulah mengapa mengatasi perdarahan menempati porsi terbesar dalam menekan atau mengurangi angka kematian Ibu bersalin.
Tidak bijaksana bila kita hanya berpikir mengatasi perdarahan untuk menekan angka kematian Ibu bersalan. Kita harus berpikir apa yang menyebabkan seorang Ibu Bersalin mengalami perdarahan, penyebab itulah yang harus kita atasi. Selanjutnya penyebab sehingga terjadi perdarahan itu harus dicari lagi, dst. sehingga ditemukan hal yang paling mendasar. Dari rangkaian penyebab itu akan dapat terlihat bahwa hal yang simple atau mendasar bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hal yang besar dengan risiko yang besar pula.
Contoh Bagan tugas dapat dilihat sebagai berikut   
I.    Kematian, dapat terjadi karena  ;
a.    Perdarahan
b.    ……. (cari)
c.    ……. (cari)
d.    Dst.
Dari sekian penyebab kematian ini pilih satu (misalnya  ; perdarahan) kemudian bahas dengan menggunakan variable epidemiologi (Agent, host, environment) tentang :
a.    Pencegahan agar tidak terjadi perdarahan
b.    Penanggulangan ketika perdarahan terjadi
II.    Perdarahan (yang dipilih), dapat terjadi karena
a.    Anemia
b.    Hipertensi
c.    Rupture
d.    ……. (cari)
e.    Dst.
Dari sekian penyebab perdarahan tersebut pilih satu (misalnya ; anemia) kemudian bahas dengan menggunakan variable epidemiologi (Agent, host, environment) tentang :
c.    Pencegahan agar tidak terjadi anemia
d.    Penanggulangan ketika anemia terjadi

III.    Anemia  (yang dipilih), dapat terjadi karena
a.    Kurang gizi
b.    Adanya penyakit infeksi
c.    ………. (cari)
d.    Dst.
Dari sekian penyebab anemia tersebut pilih satu (misalnya : kurang gizi) kemudian bahas dengan menggunakan variable epidemiologi (Agent, host, environment) tentang :
a.    Pencegahan agar tidak terjadi kurang gizi
b.    Penanggulangan ketika kurang gizi terjadi
IV.    Kurang Gizi (yang dipilih), dapat terjadi karena
a.    Budaya
b.    Social
c.    pengetahuan
d.    ……. (cari)
e.    Dst
Dari sekian penyebab kurang gizi  tersebut pilih satu (misalnya : sosial) kemudian bahas dengan menggunakan variable epidemiologi (Agent, host, environment) tentang :
c.    Pencegahan agar tidak terkontaminasi factor social yang merugikan
d.    Penanggulangan ketika factor social  sudah melanda person tersebut
V.    Dst. dicari sampai pada hal yang sekecil-kecilnya

MERUMUSKAN HIPOTESA

MERUMUSKAN HIPOTESA
PENGERTIAN
1.    Adalah  suatu teori relatif yang masih perlu diuji kebenarannya.
2.    Untuk mencari hubungan sebab akibat terjadinya suatu penyakit maupun analisis terjadinya penyebaran suatu penyakit dalam masyarakat, didahului dengan penyusunan hipotesis.
DASAR PENYUSUNAN HIPOTESIS
Dalam  Epid harus mencantumkan beberapa hal berikut  :
a.    Harus mencantumkan dangan jelas populasi, yaitu Ciri-ciri individu dimana hipotesis tersebut diterapkan
b.    Faktor penyebab maupun pemaparan lingkungan termasuk faktor risiko yang sedang atau akan diteliti
c.    Akibat yang diharapkan timbul dari penyebab tersebut yang dapat berupa penyakit maupun gangguan kesehatan lainnya.
d.    Hubungan antara besarnya dosis suatu pemaparan dengan responnya, yaitu besarnya unsur penyebab (kualitatif mpn kuantitatif) yang cukup untutk menimbulkan kejadian penyakit atau gangguan kesehatan yang diharapkan terjadi.
e.    Hubungan antara waktu dg terjadinya respon tersebut yaitu waktu yang dibutuhkan antara terjadinya pemaparan suatu faktor penyebab dengan timbulnya kejadian penyakit atau masalah kesehatan
Perumusan hipotesa adalah kebalikan dari prinsip hukum (innocent proven guilty ; azas praduga tak bersalah).
Seorang Epidemiolog menganggap setiap faktror (WTO / EHA) mungkin bersalah.
Sampai hal tersebut bisa dibuktikan bahwa faktor tersebut memang tidak berperan dalam terjadinya outbreak.
Penting untuk pengarahkan penyelidikan
Tergantung kecermatan hipotesa yang dibuat
Mac Mahon dan Pugh (1970) membicarakan 4 cara (metoda) untuk merumuskan suatu hipotesa, yang biasa berhubungan dengan suatu penyelidikan peristiwa letusan/wabah (Out-break Investigation)
1.    Metoda Perbedaan (method of difference)
2.    Metoda Persamaan (method of agreement)
3.    Variasi Bersama
4.    Metode Analogi
1.  Metoda Perbedaan
Bila frekwensi suatu penyakit jelas berbeda dalam 2 situasi yang berbeda, dimana beberapa faktor dapat diketahui dalam suatu situasi, tetapi dalam situasi lain tidak ada, maka faktor yang diketahui atau tidak diketahui mungkin sebagai penyebab
2.  Metoda Persamaan
Bila suatu faktor hampir selalu terdapat dalam beberapa situasi yang berbeda & telah diketahui terdapat hubungan dengan adanya suatu penyakit, faktor ini mungkin sekali sebagai penyebab penyakit tersebut.
3.  Variasi bersama
Hipotesa ini meliputi pencarian berbagai faktor yang frekwensi atau kekuatannya bervariasi sesuai sesuai dengan frekwensi penyakit.
Lebih bersifat kualitatif dalam melihat masalah, serta tidak melihat permasalahan dari 2 kemungkinan saja
Contoh  :
Hubungan frekwensi relatif dari kandungan gizi dengan terjadinya Penyakit Jantung Koroner dari berbagai tempat yang berbeda
Peranan faktor penyebab / faktor risiko yang bersifat jamak sangat menentukan
Terutama bila >1 faktor risiko secara bersama-sama dapat mendorong/mempermudah terjadinya penyakit tertentu.
4.  Methode Analogi
Dasarnya adalah adanya persamaan suatu peristiwa penyakit dengan penyakin lain yang sudah di kenal dengan jelas mungkin mempunyai persamaan faktor penyebab maupun risiko, atau persamaan proses kejadian penyakit.
KETENTUAN PENYUSUNAN HIPOTESA
1.    Umumnya disusun berdasarkan data/ observasi klinik, laboratorium, data deskriptif, dll.
2.    Makin kuat hubungan statistik hasil pengamatan, makin kuat pula suatu hipotesis (makin besar kemungkinan sebagai hubungan kausal)
3.    erubahan frekwensi penyakit dalam suatu periode tertentu sangat berguna dalam penyusun hipotesis terutama bila waktunya relatif pendek.
4.    Kasus yang bersifat khusus atau terisolir harus mendapatkan perhatian khusus.
MEMILIH & MENILAI HIPOTESA :
umumnya setiap pengamatan memberikan kemungkinan menegakkan >1 hipotesis, sehingga harus memilih yang memenuhi syarat.
1.    Nilai suatu hipotesis berbanding terbalik dengan kemungkinan (alternatif) yang dapat diterima
a.    Makin besar jumlah hubungan (asosiasi) yang terpisah yang dapat menerangkan hubungan antara faktor yang dapat dicurigai dengan penyakit yang diteliti, maka makin sedikit alternatif lain yang dapat diterima
b.    Makin kuat hubungan antar dua variabel dimana keduanya mempunyai hubungan kuat dengan penyakit yang diteliti, makin kecil nilainya dalam penyusunan  hipotesis secara terpisah (independen)
c.    Hubungan dengan variabel tertentu (seperti : pekerjaan, agama) memiliki nilai yang lebih berarti dibanding dengan variabel umur & jenis kelamin mengingat sifat lingkungan yang dapat berpengaruh atau intensitas keterpaparan yang ada hubungannya dengan pekerjaan & agama lebih sedikit dibanding variabel yang berhubungan dengan umur & jenis kelamin
2.    Dalam menilai suatu hipotesis yang sedang disusun, sangat penting untuk menelusuri keterangan yang berhubungan dengan demografi, geografi, perilaku penduduk & keterangan lain yang sesuai dengan hipotresis tersebut
3.     tidak harus selalu dengan semua pengamatan yang ada. Ini dapat terjadi karena
a.    Ada penyebab jamak
b.    Ada klasifikasi penyakit yang sangat umum atau bersifat lebih kasar

Jumat, 13 April 2012

PENYELIDIKAN WABAH

Bag. II
PENYELIDIKAN WABAH
-    Pengertian
-     Bentuk Wabah
-     Langkah-langkah dl Penyelidikan
-     Kegiatan dl Penanggulangan Wabah
I. PENGERTIAN
   •   Pada beberapa referensi dapat ditemukan istilah KLB (Kejadian Luar Biasa), Out Break, Letusan,  
       Epidemi yang pengertiannya sama dengan WABAH
  •   Wabah dapat diartikan sebagai ; Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang 
      jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang biasanya pada waktu & daerah  
      tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
  •  Dalam pengertian lain dituliskan ; Timbulnya suatu kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya  
      suatu kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemilogis pada suatu kelompok penduduk dalam 
      kurun waktu tertentu.
  Termasuk kejadian kesakitan / kematian yang disebabkan oleh penyakit menular maupun yang tidak  
  menular & kejadian bencana alam yang disertai wabah penyakit.

 wabah  sangat penting untuk mendapat perhatian segera karena wabah bukan saja jumlah penderita yang    banyak (meningkat) tetapi juga mengancam keselamatan/jiwa penderita. Dengan jumlah penderita yang banyak maka kematian juga dapat terjadi dalam jumlah yang banyak. Disamping  itu, risiko untuk mengalami sakit bagi masyarakat yang lain menjadi tinggi. Sehingga  wabah akan mengancam katentraman masyarakat, mengganggu stabilitas social, keamanan, roda ekonomi, politik, dll. Sehingga peristiwa wabah harus segera diatasi sehingga ancaman yang mungkin terjadi dapat diminimalisir, atau bila mungkin dihilangkan.  
Pada kondisi-kondisi tertentu, setiap penyakit akan mengalami peningkatan baik peningkatan jumlah penderita maupun peningkatan luas wilayah. Namun demikian tidak semua peristiwa tersebut dapat disebut wabah.

Beberapa Ketentuan suatu penyakit dapat disebut wabah ;
1.    Kesakitan/kematian suatu penyakit menunjukkan kenaikan > 3 X selama > 3 kurun waktu berturut-turut
2.    Jumlah penderita baru dalam 1 bulan menunjukkan kenaikan  > 2 X lipat dibandingkan dengan 
       sebelumnya dalam waktu yang sama
3.    Angka rata-rata bulanan selama 1 tahun menunjukkan kenaikan > 2 X dibanding tahun sebelumnya.
4.    Case Fatality rate menunjukkan kenaikan > 50% dibanding dengan sebelumnya
5.    Proporsional Rate penderita baru menunjukkan kenaikan > 2 X
6.    Khusus Kholera, Cacar, Pes, DHF/DSS
       a.    Setiap kenaikan jumlah penderita didaerah  endemis, sesuai dengan ketentuan di atas
       b.    Terdapat  > 1 penderita/kematian di daerah yang  telah bebas penyakit tersebut, minimal  4  
              minggu berturut-turut

7.   Apabila kesakitan/kematian oleh keracunan yang timbul di suatu kelompok Masyarakat
8.   Apabila di daerah tersebut terdapat penyakit yang sebelumnya tidak ada
9.   Beberapa penyakit yang dialami > 1penderita :
      a. Keracunan makanan
      b. Keracunan pestisida

Dilihat dari ketentuan tersebut, terlihat bahwa peningkatan penderita mudah untuk dinyatakan wabah. Hal ini disebabkan karena penangan kasus yang sifatnya wabah akan ditangani secara tuntas (melibatkan program maupun sector terkait) untuk mencari penyebab mengapa terjadi wabah berdasarkan variable epidemiologi (agent, host dan environment). Bila penderita tidak berada dalam status wabah, maka penanganan penderita ditangani berdasarkan prosedur penanganan penderita ; periksa, berikan obat.  Sedangkan factor penunjang kenapa sakit, dll. tidak dicari. Sehingga tidak mengherankan kalau penyakit tersebut kejadiannya berulang-ulang di masyarakat.
Penanganan kasus dengan status wabah tidak selamanya bisa dilakukan karena batasan tentang kapan kejadian penyakit tersebut dapat dinyatakat wabah tidak selamanya terpenuhi. Penyakit yang berpotensi wabah tetap terjadi di masyarakat, dengan berbagai factor risiko penyakit tersebut sewaktu-waktu dapat berobah menjadi wabah.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, maka dikembangkan klinik sanitasi pada setiap puskesmas, walaupun belum semua Puskeskasmas mengembangkan kegiatan tersebut. Kegiatan klinik sanitasi ini dimaksudkan untuk memantau potensi kejadian penyakit pada setiap penyakit yang terjadi dimasyarakat dengan mengamatai keadaan agent, host & environment.
Misalnya, kejadian penyakit diare ;
Penderita yang datang di puskesmas, setelah di poliklinik penderita tersebut dirujuk ke klinik sanitasi untuk dilakukan wawancara/investigasi. Selanjutnya, dilakukan kunjungan rumah/wilayah untuk melihat potensi yang ada berkaitan dengan penyakit diare (investigasi). Arahan / penyuluhan diberikan pada masyarakat/keluarga penderita tentang potensi yang ada dan bagaimana upaya yang harus dilakukan agar potensi tersebut tidak berkembang menjadi ancaman. 
   
Walaupun  sudah diketahui bahwa kejadian penyakit tersebut adalah wabah, namun yang mempunyai kewenangan untuk mengumumkan kejadian tersebut hanyalah Menteri Kesehatan.  dengan pertimbangan dampak yang mungkin terjadi bila dinyatakan wabah
Pada daerah endemic, berbicara mengenai wabah berarti berbicara mengenai jumlah penderita yang meningkat/banyak. Beberapa peristiwa kejadian penyakit tidak berbentuk wabah, pada periode-periode tertentu kejadiannya dalam bentuk wabah. Seandainya peristiwa penyakit merupakan suatu pilihan maka tentu kita akan memilih bentuk endemic saja bila disbanding dengan wabah.  Tidak semua peristiwa kejadian penyakit berbentuk endemic ataupun wabah. Kenapa suatu wabah bisa terjadi ?. beberapa alasan kenapa wabah bisa terjadi.

    Wabah Terjadi karena  :   
    1.    Terdapat kuman penyakit pada waktu sumber penularan yang berada pada kondisi lingkungan yang 
           rentan
    2.    Adanya mekanisme penularan
    3.    Kerentanan sekelompok masyarakat berdasarkan ciri epidemiologi (daya tahan tubuh)
    4.    Sistem pelayanan kesehatan dengan kondisi & sikap tanggap yang lemah terhadap upaya 
       penanggulangan.

II. BENTUK WABAH
    Epidemic Type :
    1.    Common source epidemic : Epidemik yang biasanya ditularkan/disebabkan oleh suatu perantara 
           (misalnya ; makanan, air atau fomite lain yang digunakan oleh penderita). Bila banyak penderita yang 
           terkena secara serentak, akan terdapat kesamaan yang relatif masa inkubasi
    2.    Propagated epidemic : Epidemik yang ditularkan/disebabkan oleh/manusia /hewan dengan cara
           kontak langsung atau tidak langsung kepada manusia/host lainnya. Sumber infeksi mungkin berada 
          dalam masa inkubasi.
    3.    Mixed

    Perbedaan Karakteristik antara Common source & Propagated


    Dalam suatu peristiwa foodborne outbreak, dimana terdapat > 1 makanan yang dimakan penderita, maka 
    secara teoritis akan terdapat suatu korelasi yang sempurna antara penderita-penderita yang sakit dengan 
    satu macam makanan tertentu yang telah dimakan.
    Penderita yang makan 100% sakit & tidak makan 100% tidak sakit. Tetapi biasanya tidak demikian.
   
    Sifat epidemik  :
   1.    Endemic          ; keadaan suatu penyakit yang menetap pada suatu wilayah
   2.    Epidemic         ; keadaan jumlah penderita secara nyata melebihi jumlah yang diperkirakan
   3.    Hyperendemic ; penularan hebat yang menetap
   4.    Holoendemic   ; tingka infeksi yang cukup tinggi.

KLASIFIKASI KLB
A.  Menurut Penyebabnya
     1.  Toxin :
           a.    entero toxin ; misalnhya  yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio kholera, 
                                       Escherichia, Shigella
           b.    exo toxin    ; misalnya yang dihasilan oleh clostridium botulinum, Clostridium perfringens
           c.    endo toxin
     2.  Infeksi ;       
          a. Virus,            b. Bacteri,     c. Protozoa,     d. Cacing
     3.  Toxin Biologis
          a. Racun Jamur,  b. Alfa Toxin, c. Palankton  d. Racun ikan / tumbuhan
     4.  Toxin Kimia
          a.    Zat kimia organik      ; logam berat (Hg,Pb),  logam lainnya (Cn, dll)
          b.    Zat kimia an-organik ; Nitrit, pertisida
          c.    Gas-2 beracun          ; CO, CO2, HCN
B.  Menurut Sumber
1.    Manusia
       Misalnya  : -  Jln. Napas, - tenggorokan,   - tinja, - air seni, - muntahan.
       Seperti     :  Shigella, Salmonella, Staphylococcus, Protozoa, Streptococcus, Virus Hepatitis.
2.    Kegatan Manusia
       Misalnya  :- Pembuatan tempe bongkrek, - penyemprotan, - pencemaran lingkungan, - penangkapan
       ikan dgn racun.
       Seperti     : Toxin biologis & kimia
3.    Binatang
       Misalnya  : - Binatang piaraan, - ikan, binatang mengerat.
       Seperti     :  Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing & parasit lain, keracunan ikan/plankton.
4.    Serangga
       Misalnya  : - Lalat, - Kecoa, - dsb. Sep. Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
5.    Udara
      Misalnya   : Staphylococcus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
6.    Permukaan benda/alat,
       Misalnya  : Salmonella
7.    Air
       Misalnya  :  Vibrio Cholera, Salmonella
8.    Makanan/minuman
      Misalnya     :  Keracunan singkong, jamur makanan dalam kaleng.

Penyakit Potensi KLB yang dilaporkan
A. Penyakit Karantina / penyk Wabah Penting
    1.    Kholera    3. Poliomyelitis
    2.    Pes        4. Difteri
B.  Penyakit Potensi Wabah/KLB yang menular cepat (morbiditas tinggi) atau mempunyai Mortalitas tinggi 
     & memerlukan tindakan segera
     1.    DHF           3. Campak            5. Rabies
     2.    Diare          4. Pertusis
C. Panyakit Potensi Wabah/KLB lannya
    1.    Malaria        5. Hepatitis             9. Keracunan
    2.    Influenza      6. Keracunan        10.Encephalitis
    3.    Anthrax       7. Tetanus              11.Frambusia
    4.    Meningitis    8. Tn-Neo             12.Typh-Abdominalis

III.   LANGKAH-LANGKAH PENYELIDIKAN ( Investigasi )
        Langlah-Langkah Penyelidikan
        Tahap….
       1.    Persiapan Kerja di lapangan
       2.    Penetapan adanya KLB
       3.    Penetapan diagnosa
       4.    Pengolahan data epidemiologi
       5.    Tindakan penanggulangan & pencegahan KLB
       6.    Penyebaran informasi hasil penyelidikan
Prosedur Penyelidikan
1.    Konfirmasi / menegakkan diagnosa
2.    Menentukan apakah peristiwa itu letusan/wabah atau bukan
3.    Hubungan adanya letusan/wabah dengan faktor-faktor Waktu, Tempat & Orang
4.    Rumuskan suatu hipotesa sementara
5.    Rencana penyelidikan Epidemiologi yang lebih detail
6.    Laksanakan wawancara dengan  ;
       - penderita yang sudah diketahui
       - yang punya pengalaman (WTO, dll)
7.    Analisa & Interpretasi : Lakukan pemeriksaan Laboratorium,  buat ringkasan hasil penyelidikan. 
       Tabulasi, analisa & interpretasi dari data yang terkumpul
8.    Test Hipotesa & Rumuskan kesimpulan
9.    Lakukan tindakan penanggulangan
10.  Buatlah laporan lengkap tentang penyelidikan epidemiologi tersebut.

IV.  KEGIATAN PENYELIDIKAN
      Prosedur Penyelidikan(PEDOMAN SE PENYK MENULAR)
     1.    Menegakkan Diagnosa
            a.    Mengadakan/Mendapatkan riwayat penderita  ;  Setiap penderita didata tentang nama, umur, 
                   jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan makan, dll. Gejala penyakit,
            b.    Pengambilan Specimen Penderita
            c.    Pengambilan Sample Makanan
    2.    Membuat Asosiasi Epidemiologi
           a.    Menentukan terjadinya suatu letusan (Out break)
           b.    Formulasi hipotesa sementara
   3.     Penyelidikan Lebih Labjut
           a.   Permintaan bantuan
           b.   Mencari & wawancara dengan penderita  atau  orang-orang  yang at risk yang mungkin belum 
                 ditemukan
   4.    Penyelidikan di tempat makanan di Proses
          a.    Pengambilan sample makanan
          b.   Wawancara dengan food handlers (diolah, disajikan, disimpan, dsb)
          c.    Mencari sumber kontaminasi
          d.    Pemeriksaan Food Handlers (kesehatan)
          e.    Mengidentifikasi adanya faktor yang mempengaruhi terjadinya komtaminasi (contributing factors)
   5.    Analisa Data
          a.    Membuat kurva epidemik
          b.    Menentukan gejala/tanda penyakit yang menonjol
          c.    Menghitung masa inkubasi
         d.    Menghitung food specific attack rate
  6.    Interpretasi Data
         a.    Bandingkan data yang sudah dianalisa dengan hasil laboratorium yang sudah dikerjakan.
         b.    mm

Beberapa sebab mengapa korelasi tidak terjadi
1.    Resistensi & kerentanan individu
2.    Jumlah Makanan yang dimakan tidak sama
3.    Distribusi organisme/toxin pada makanan tidak sama
4.    Defenisi/kriteria orang yang sakit tidak jelas, sehigga kemungkinan ikutnya penyakit-penyakit lain yang 
       tidak ada hubungannya dengan penyakit diselidiki
5.    Terjadi kontaminasi silang dari suatu makanan kepada yang lain
6.    Kesalahan dalam mengambil suatu anamnese (Misalnya ; tidak ingat, takut, salah mengerti, salah 
       pencatatan, pertanyaan yang mengandung sugestion)
7.    Kesalahan mengambil sample ( misalnya ; hanya wawancara dengan sebagian saja golongan yang at 
       risk)
8.    Kemungkinan adanya gejala-gejala psichosomatis pada beberapa individu yang diwawancarai yang 
       mirip dengan gejala penyakit yang diselidiki