MERUMUSKAN HIPOTESA
PENGERTIAN
1.
Adalah suatu
teori relatif yang masih perlu diuji kebenarannya.
2.
Untuk mencari hubungan sebab akibat terjadinya suatu
penyakit maupun analisis terjadinya penyebaran
suatu penyakit dalam masyarakat, didahului dengan penyusunan hipotesis.
suatu penyakit dalam masyarakat, didahului dengan penyusunan hipotesis.
DASAR PENYUSUNAN HIPOTESIS
Dalam Epidemiologi harus mencantumkan beberapa hal berikut :
Dalam Epidemiologi harus mencantumkan beberapa hal berikut :
a. Harus mencantumkan dangan jelas populasi, yaitu
Ciri-ciri individu dimana hipotesis tersebut diterapkan
b. Faktor penyebab maupun pemaparan lingkungan termasuk
faktor risiko yang sedang atau akan diteliti
c. Akibat yang diharapkan timbul dari penyebab tersebut
yang dapat berupa penyakit maupun gangguan
kesehatan lainnya.
kesehatan lainnya.
d. Hubungan antara besarnya dosis suatu pemaparan dengan
responnya, yaitu besarnya unsur penyebab
(kualitatif maupun kuantitatif) yang cukup untuk menimbulkan kejadian penyakit atau gangguan kesehatan
yang diharapkan terjadi.
(kualitatif maupun kuantitatif) yang cukup untuk menimbulkan kejadian penyakit atau gangguan kesehatan
yang diharapkan terjadi.
e. Hubungan antara waktu dg terjadinya respon tersebut
yaitu waktu yang dibutuhkan antara terjadinya pemaparan suatu faktor penyebab dengan
timbulnya kejadian penyakit atau masalah kesehatan
Perumusan hipotesa adalah
kebalikan dari prinsip hukum (innocent proven guilty ; azas praduga tak
bersalah). Seorang Epidemiolog menganggap
setiap faktror (WTO / EHA) mungkin bersalah. Sampai hal tersebut bisa
dibuktikan bahwa faktor tersebut memang tidak berperan dalam terjadinya
outbreak (tidak bersalah).
Penting untuk pengarahkan
penyelidikan
Tergantung kecermatan hipotesa yang
dibuat
Mac Mahon dan Pugh
(1970) membicarakan 4 cara (metoda) untuk merumuskan suatu hipotesa, yang biasa
berhubungan dengan suatu penyelidikan peristiwa letusan/wabah (Out-break
Investigation)
- Metoda Perbedaan (method of difference)
- Metoda Persamaan (method of agreement)
- Variasi Bersama
- Metode Analogi
1. Metoda Perbedaan
Bila frekwensi
suatu penyakit jelas berbeda dalam 2 situasi yang berbeda, dimana beberapa
faktor dapat diketahui dalam suatu situasi, tetapi dalam situasi lain tidak
ada, maka faktor yang diketahui atau tidak diketahui mungkin sebagai
penyebab
2. Metoda Persamaan
Bila suatu
faktor hampir selalu terdapat dalam beberapa situasi yang berbeda & telah
diketahui terdapat hubungan dengan adanya suatu penyakit, faktor ini mungkin
sekali sebagai penyebab penyakit tersebut.
3. Variasi bersama
Hipotesa ini
meliputi pencarian berbagai faktor yang frekwensi atau kekuatannya bervariasi sesuai
dengan frekwensi penyakit.
Lebih bersifat
kualitatif dalam melihat masalah, serta tidak melihat permasalahan dari 2
kemungkinan saja
Contoh :
Hubungan frekwensi
relatif dari kandungan gizi dengan terjadinya Penyakit Jantung Koroner dari
berbagai tempat yang berbeda
Peranan faktor penyebab / faktor
risiko yang bersifat jamak sangat menentukan
Terutama bila
>1 faktor risiko secara bersama-sama dapat mendorong/mempermudah terjadinya
penyakit tertentu.
4. Methode Analogi
Dasarnya
adalah adanya persamaan suatu peristiwa penyakit dengan penyakin lain yang
sudah di kenal dengan jelas mungkin mempunyai persamaan faktor penyebab maupun
risiko, atau persamaan proses kejadian penyakit.
KETENTUAN PENYUSUNAN HIPOTESA
1.
Umumnya disusun berdasarkan data/ observasi
klinik, laboratorium, data deskriptif, dll.
2.
Makin kuat hubungan statistik hasil pengamatan,
makin kuat pula suatu hipotesis (makin besar
kemungkinan sebagai hubungan kausal)
kemungkinan sebagai hubungan kausal)
3.
Perubahan frekwensi penyakit dalam suatu periode
tertentu sangat berguna dalam penyusun hipotesis
terutama bila waktunya relatif pendek.
terutama bila waktunya relatif pendek.
4.
Kasus yang bersifat khusus atau terisolir harus
mendapatkan perhatian khusus.
MEMILIH &
MENILAI HIPOTESA :
umumnya setiap
pengamatan memberikan kemungkinan menegakkan >1 hipotesis, sehingga harus
memilih yang memenuhi syarat.
1.
Nilai suatu hipotesis berbanding terbalik dengan
kemungkinan (alternatif) yang dapat diterima
a.
Makin besar jumlah hubungan (asosiasi) yang
terpisah yang dapat menerangkan hubungan antara
faktor yang dapat dicurigai dengan penyakit yang diteliti, maka makin sedikit alternatif lain yang
dapat diterima
faktor yang dapat dicurigai dengan penyakit yang diteliti, maka makin sedikit alternatif lain yang
dapat diterima
b.
Makin kuat hubungan antar dua variabel dimana
keduanya mempunyai hubungan kuat dengan
penyakit yang diteliti, makin kecil nilainya dalam penyusunan hipotesis secara terpisah (independen)
penyakit yang diteliti, makin kecil nilainya dalam penyusunan hipotesis secara terpisah (independen)
c.
Hubungan dengan variabel tertentu (seperti : pekerjaan,
agama) memiliki nilai yang lebih berarti
dibanding dengan variabel umur & jenis kelamin mengingat sifat lingkungan yang dapat berpengaruh
atau intensitas keterpaparan yang ada hubungannya dengan pekerjaan & agama lebih sedikit
dibanding variabel yang berhubungan dengan umur & jenis kelamin
dibanding dengan variabel umur & jenis kelamin mengingat sifat lingkungan yang dapat berpengaruh
atau intensitas keterpaparan yang ada hubungannya dengan pekerjaan & agama lebih sedikit
dibanding variabel yang berhubungan dengan umur & jenis kelamin
2.
Dalam menilai suatu hipotesis yang sedang disusun,
sangat penting untuk menelusuri keterangan yang
berhubungan dengan demografi, geografi, perilaku penduduk & keterangan lain yang sesuai dengan
hipotesis tersebut
3. tidak harus selalu dengan semua pengamatan yang ada. Ini dapat terjadi karena
berhubungan dengan demografi, geografi, perilaku penduduk & keterangan lain yang sesuai dengan
hipotesis tersebut
3. tidak harus selalu dengan semua pengamatan yang ada. Ini dapat terjadi karena
a.
Ada penyebab jamak
b.
Ada klasifikasi penyakit yang sangat umum atau
bersifat lebih kasar
KESIMPULAN
REFERENSI
1.
…………., 1994. Pedoman Pengamatan dan
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia. Direktorat Epidemiologi
dan Imunisasi, Direktorat Jenderal PPM-PLP, Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Hal.
2.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi.
Rineka Cipta. Jakarta. Hal. 84-105
3.
Nur Nasry Noor, Bahan kuliah Epidemiologi Dasar.
FKM. Unhas.
4.
Ridwan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Surveilans Epidermiologi Sebuah Pengantar. FKM-UNHAS. Hal. 50-59
5.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Atfabeta. Bandung. Hal.
6.
Sugiyono, Prof. Dr. 2006. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Atfabeta. Bandung. Hal.
7.
Sutrisna, Bambang. 1986. Pengantar Metoda Epidemiologi.
PT. Dian Rakyat. Jakarta. Hal. 22-33
8.
Wahyudin Rajab, M.Epid. Buku Ajar Epidemiologi
untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar